Jumat, 20 Agustus 2010
Kamis, 19 Agustus 2010
Menyusuri 'Mekong River Side' Phnom Penh
Sudut kota Phnom Phen dengan latar belakang Sungai Mekong. Tampak di sisi kiri bagian atas kompleks Cambodia Royal Palace.
KALAU di Yogya ada andong (beroda empat) atau dokar (beroda dua) di objek wisata seperti di Parangtritis, di Phnom Penh Kamboja ada tub-tub. Bentuknya hampir sama. Hanya saja tub-tub tidak ditarik dengan kuda, melainkan dengan sepeda motor yang dirakit menyatu.
Bisa dikatakan, tub-tub merupakan kombinasi antara andong dan dokar. Beroda dua seperti dokar. Atapnya lebar seperti andong. Sedang tempat duduknya dua berhadapan masing-masing bisa untuk dua orang. Tempat duduk di bagian depan untuk penumpang karena 'kusir' duduk di atas jok motor.
Di Phnom Penh tub-tub juga merupakan alat transportasi sederhana dan murah meriah. Baik wisatawan maupun warga setempat biasa menggunakannya, di samping ada juga ojek. Bahkan di depan hotel tempat penulis menginap, yaitu di Nagaworld Hotel (satu dari empat hotel berbintang lima di Phnom Phen), puluhan tub-tub berjejer siap mengantar para tamu hotel ke mana saja. "Dibanding naik ojek, mending tub-tub. Lebih murah dan santai," kata Paulus Kodrat, Sales Marketing Nagaworld Hotel.
Masyarakat dan wisatawan bisa santai di kawasan tersebut sambil memandang sungai dengan berbagai aktivitas kapal penyeberang atau kapal yang lewat. Malam itu sejumlah anak-anak terlihat bermain bola. Sedang kalau memandang ke kota, di seberang jalan terlihat megahnya bangunan Cambodia Royal Palace & Silver Pagoda dengan halaman luas (semacam alun-alun). Di salah satu kompleks megah dengan dominasi warna kuning keemasan itulah Raja Norodom Sihanouk tinggal. Jika bendera dikibarkan, berarti sang raja ada di dalamnya. "Kalau masuk ke pintu itu, pengawal sudah menghadang," kata Paulus ketika mengantar penulis mengunjungi siang harinya.
Sedang di sisi lain, di sepanjang jalan berjejer hotel dan penginapan. Banyak juga restoran, rumah makan, dan tempat-tempat hiburan. Di situ para wisatawan bisa santai sambil makan atau minum, bahkan juga bisa menikmati musik di pub-pub. Bagi yang ingin makan dan minum secara murah meriah, juga bisa membeli di penjaja pinggir jalan. Ada gorengan, bahkan gorengan berbagai macam serangga, seperti coro, capung (kinjeng), walang, dan lainnya, serta kodok goreng. Bagi yang suka jagung bakar, atau kacang godok, juga ada yang menjajakan.
Sedang di bagian ujung ada market night di areal yang cukup luas. Pasar malam ini hanya buka seminggu tiga malam, yaitu Jumat malam sampai Minggu malam. Seperti pasar malam umumnya, di situ banyak dijual berbagai pakaian, kain, serta suvenir. Dijual juga handphone merek tak terkenal dengan harga murah. Untuk memeriahkan suasana di tengahnya ada panggung untuk pentas musik. Dari Nagaworld Hotel, market night berjarak sekitar 2 km dan untuk menuju ke sana tarif naik tub-tub hanya 2 dolar AS.
Kawasan river side Mekong hanya merupakan salah satu objek wisata menarik di Phnom Penh. Lainnya masih banyak lagi. Hanya saja hal ini belum banyak dilirik oleh wisatawan dari Indonesia. "Phnom Penh bisa dikatakan merupakan alternatif baru berwisata di luar negeri. Kalau selama ini yang menjadi tujuan hanya Singapura, Bangkok Thailand, atau di Hongkong, kini ada Phnom Penh," kata Paulus sambil menambahkan wisatawan berbagai negara sudah membanjiri ibukota Kamboja ini, hanya saja dari Indonesia masih sepi. Di kota ini juga ada sejumlah restoran 'halal', termasuk di Nagaworld Hotel yang dimiliki orang Malaysia. Ingin mencoba? Silakan! (Luthfie)
Senin, 01 Maret 2010
Selasa, 29 Desember 2009
Senin, 28 Desember 2009
Langganan:
Komentar (Atom)